Hari udah jam tiga, tiga puluh sore, kulihat Hp ku ada sms masuk tapi aku abaikan saja karena aku dan beberapa temanku hendak pergi sholat. Hari ini olahraga renang, karena guru kami belum datang kami pergi sholat dulu. “ jun..kau suka sama dewi kan..?? kenapa ga kau tembak aja...??” aku kaget tiba-tiba wendra bertanya hal itu, emang seh seluruh kelas udah pada tau kalau aku suka sama dewi, mungkin dewi sendiri juga udah tau meski aku belum pernah menyatakannya. “ hmmmmm... belum ada waktu yang tepat aja..” jawab ku seadanya. Aku gak tau apa maksud wendra tanya hal itu tiba-tiba, tapi akhirnya aku tau saat berenang, “apa wendra udah jadian sama dewi..???”, “iya serius.. tadi malam dia sms aku..”, tak sengaja ku dengar percakapan mike sama zainal. Rasanya hilang seluruh semangat saat itu.
Malam itu aku masih terpukul dengan kenyataan, ku lihat Hp ku yang dari tadi tak ada aku cek ternyata banyak sms yang masuk, 6 sms dari adinda, dia tanyakan kabar, ingatkan sholat, udah makan atau belum..???, ya seperti itulah isi smsnya, aku yang emang lagi males dan masih sakit hati, ku abaikan semua smsnya, segera ku pejamkan mata, akupun terlelap.
Entah kenapa rasa sakit hati itu masih ada terbawa sampai esok harinya, kini aku berada di UKS, terbaring lemah, aku juga gak tau kalau imbasnya sampai membuat aku sakit. “kak... gimana udah baikan..???”, samar kudengar suara adinda saat ku mulai terjaga. “hmmmm... ga apa-apa kuk dek....,kenapa ga masuk kelas...???”, aku balik bertanya. “gurunya tak masuk kak...!!!” jawabnya singkat. Kemudian suasana kembali hening, tak berapa lama, dinda pun permisi tuk kembali ke kelasnya.
Karena sakit aku diantar pulang, “kau kenapa...???” tanya endro temanku yang mengantar ku pulang, “gak ada..!!!” jawabku pelan, “ahhh... bohong kau”, endro memang seperti itu dia pandai membaca situasi, “pasti... gara-gara dewi jadian sama wendra kan...???” kata dia lagi, aku Cuma bisa diam saja takberdaya, ya apa mau dikata toh dia emang udah tau. “tenang ajalah... eh tadi dewi nanyain kau loh...” katanya sambil terus mengemudikan motornya, jatung ku mulai berdebar begitu tau dewi tanyain kondisiku, “apa katanya..???” aku mulai penasaran, “ hahahahaha” endro sedikit ketawa mendengar pertanyaanku, “dewi aja kau cepat....dia tanya sama aku, kenapa kau sakit..???, ya ku bilang aja gara-gara dia jadian ma wendra”, “ loh kok gitu..???” aku memotong cerita endro, “emang kayak gitukan..??? kau sakit gara-gara mikirin dia, udahlah jun, ehhh sebenarnya dewi juga suka sama kau lohh...!!!!” hupzz aku sedikit tersentak, jatung berdebar mendengar kata-kata endro, “bohong...!! darimana pula kau tau....???” tanya ku tak percaya, “tadi dia bilang, sebenarnya dia tuh suka juga sama kau, tapi kau gak pernah bilang langsung ke dia” aku hanya terdiam mendengar cerita endro, emang benar seh aku terlalu lama memendam rasa, sebenarnya aku hanya merasa minder aja, aku bukan orang yang tampan apalagi kaya, aku selalu berpikir takutnya nanti malah membuat dewi kecewa makanya aku hanya memendam rasa begitu dalam.
Masih rada-rada tak percaya akan cerita endro malam itu aku sms dewi, dari sms dia ceritakan semuanya yang aku masih ragukan. Ternyata emang benar yang diceritakan endro, aku baru tau ternyata wendra udah suka sama dewi sejak kelas 1, diapun udah beberapa kali nembak dewi dan akhirnya diterima. Ya... setelah aku pikir-pikir wendra emang lebih pantas dapatkan dewi dari pada aku yang pecundang ini.
Waktu terus berjalan aku gak bisa bohong kalau aku cemburu akan kedekatan wendra dan dewi. Akhirnya untuk meredam rasa cemburu itu aku jadian dengan adinda. Ku jalani semua tanpa rasa, sering jalan sama dinda tapi hati hampa tetap aja aku tak bahagia, saat itu mungkin aku Cuma ingin menegarkan hati bahwa masih banyak wanita di bumi.
*****************************************************************************************************************
Belum jam istirahat tapi aku udah ingin ke kantin, mungkin karena tadi aku gak sarapan makanya aku sekarang kelaparan. Tiba-tiba ada yang menarik perhatianku, disudut katin ku lihat seseoreng yang sangat ku kenal sedang menangis, “dinda...!!! kenapa nangis...???” tanya ku sambil duduk disamping adinda yang terisak di situ sendirian, suasana katin memang lagi sepi karena masih jam belajar. Dia kemudian menyandarkan kepalanya di bahuku sambil berusaha menghentikan tangisnya dia bercerita padaku. Ternyata dinda baru saja beramtem dengan temannya, hanya karena masalah kecil dinda sampai segitu sedihnya sungguh wanita yang sangat berperasaan lembut, sejenak aku tersadar, ya Allah apa yang telah aku lakukan betapa pecundangnya aku ini, bagaimana kalau dia tau aku tak pernah menyayanginya sungguh tak tega aku menyakitinya, aku tak bisa tiba-tiba suka sama dia, ini bukanlah seperti kisah-kisah sinetron yang kemudian bisa jadi suka atau jatuh cinta benaran.
Beberapa hari aku terus berpikir bagaimana caranya mengakhiri ini, aku bukanlah orang yang mudah jatuh cinta apalagi pada orang yang sebenarnya lebih aku anggap adik, tapi aku tak ingin menyakiti perasaannya meskipun sebenarnya aku tlah melakukannya, hanya tinggal menunggu waktu sampai dia tau. Aku masih terus berpikir dan masih berpikir, sulit sekali rasanya lebih sulit dari soal-soal matematika kayaknya. Hmmmmmm... aku masih terus mencari cara yang tepat dan tak menyakiti, bimbang membuat pikiran ku entah kemana, padahal aku lagi nonton bareng dinda tapi entah sampai mana film yang sedang di putar aku tak tau.
“Dek... maafkan ku yang gak bisa membahagiakan adek..!!!” kata ku pelan membuka pembicaraan di tengah perjalanan pulang, adinda Cuma terdiam berpikir sejenak, “kenapa gitu ngomongnya kak..??? dinda gak pernah menganggap seperti itu..” aku diam saja mendengar kata-katanya tak menjawab apa yang ditanyakannya tadi kemudian kualihkan pembicaraan, sungguh tak pernah kusangka dia terima aku apa adanya. Semakin sulit ku putuskan dia, tak bisa entah kenapa.
Tapi aku gak bisa terus kayak gini, aku memang pecundang tapi akan jauh lebih parah lagi jika aku terus membohongi adinda, malam itu aku putuskan untuk pergi ke rumah adinda, “ada apa kak...??? tumben datang gak pake bilang-bilang dulu...”, dinda bertanya padaku membuka pembicaraan yang memang dari tadi suasana kaku membisu karena ku belum juga berani berkata-kata. “hmmmmm....” ku coba bicara namun ku kembali terdiam, raut muka dinda terlihat mulai penasaran, huuuhhhh, ke hela nafas sejenak “ maaf sebelumnya dek, kakak merasa gak pantas mendampingi adek lagi, kakak rasa kakak ini gak bisa membahagiakan adek sedikitpun, jadi kakak rasa lebih baik kita sampai sini aja, kakak Cuma gak mau adek nanti semakin terluka, kakak gak bisa jalani ini semua, maaf sekali lagi ya dek...”, setelah ku ucap kata-kata, tak berani ku tatap muka dinda sedkitpun, sementara dinda hanya diam, “ gak apa-apa kak kalau emang ini yang terbaik, kita kembali berteman aja...” ucapnya, mencoba untuk tetap tegar, padahal ku tau dia menahan air matanya, sempat kulihat matanya yang berkaca-kaca sebelum aku berpamitan.
Pahit memang, tapi aku yakin hanya sementara dinda, akan jauh lebih sakit jika aku tak menahannya lebih lama. Selamat malam adinda, malam itu aku kembali mohon maaf lewat sms dan ku kirimkan sebuah puisi yang kebetulan malam itu aku buat khusus untuknya, semoga dapat menghapus airmatanya menggantikan ku.
Satu pelajaran buatku, ungkapkanlah perasaan jika memang suka dengan seseorang dan jangan bilang suka pada orang yang sebenarnya tidak kamu suka, karena membohongi diri sendiri itu menyakitkan apalagi membohongi orang lain. Ku pernah sekali lagi jatuh cinta, kali ini aku ungkapkan, di tolak seh, ya.. yang penting udah ku ungkapkan.
Sejak lulus sekolah aku gak tau kabar dinda secara langsung, tapi ku lihat di facebook nya, dia udah punya kekasih yang baik untuknya, dinda semoga hidupmu jauh lebih bahagia sekarang, begitu juga dengan ku “ live must go on”.
Selamat Malam Adinda
Selamat malam Adinda
Malam ini cobalah, lelapkan tidur mu
Tanpa bayangkan aku
Kekasih mu yang telah jauh
Selamat malam Adinda
Bila bintang tak datang temani bulan lewati malam
Jangan kau ikut bersedih
Karena mimpi tak milik kita lagi
Adinda
Esok pagi, saat kau buka mata hati
Kau akan tau bagaimana rindu mengambil separuh hidupmu
Tapi itu hanya sementara waktu, Tegarkanlah hati mu
Selamat malam adinda
Mata indah mu telah lelah, Pejamkan dan terlelaplah
Maaf ku dari hati takbisa temani hingga ujung malam ini
Selamat malam adinda
Kekasih terindah yang teraniaya pahitnya fatamorgana yang di sebut cinta
Selamat malam adinda
Ku tutup kata dengan doa agar engkau bahagia,
maka tersenyumlah, kekasih ku tercinta
created by Junaidi
2 komentar:
gile,,
sejak kapan juned lasaq jadi puitis ?
asekkk
aku emang berbakat lah...
hahahahahahahha
Posting Komentar